William Tanuwijaya Pendiri Tokopedia

PENDIRI TOKOPEDIA

*William Tanuwijaya, Orang Siantar Pendiri Tokopedia Raih Investasi Rp 14 Triliun*

Nama William Tanuwijaya mendadak melambung sejak kemarin. Tepat pada hari kemerdekaan RI ke-72, Kamis 17 Agustus 2017, Tokopedia yang didirikan William berhasil meraih investasi USD 1,1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun dari Alibaba, raksasa e-commerce asal China milik Jack Ma.

Tak pelak, nama Tokopedia bersama William menjadi perbincangan di jagat media. Tokopedia pun sekarang sudah menjadi unicorn, startup dengan valuasi USD 1 miliar atau lebih.

Kesuksesan Tokopedia ini tak datang tiba-tiba. William mendirikan Tokopedia bersama temannya Leontinus Alpha Edison.

William Tanuwijaya lahir di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara pada tanggal 18 November 1981.

Dari sekolah sampai menamatkan SMA, William berdiam di kota kelahirannya itu. Setelah tamat SMA, dia melanjutkan kuliah di Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta.

William bukan berasal dari keluarga berada. Untuk mencukupi biaya hidup dan biaya kuliah di Jakarta, apalagi kuliah di Binus bukan tergolong murah, William bekerja di warnet dari jam 9 malam hingga jam 9 pagi.

Setelah lulus dari Binus, dia bekerja di kantoran yang bergerak di bidang pengembangan software komputer. Dari sini kemudian timbul idenya untuk mempunyai perusahaan internet sendiri.

Tahun 2007 dia mulai membangun Tokopedia. Dia mengajak temannya yang bernama Leontinus Alpha Edison untuk mendirikan Tokopedia, sebuah startup jual beli online yang menghubungkan penjual dan pembeli di seluruh Indonesia dengan biaya gratis.

Awalnya sangat tidak mudah karena mereka butuh modal untuk membangun tokopedia tersebut. Apalagi, saat itu ayahnya divonis penyakit kanker kronis. William pun dituntut menjadi tulang punggung keluarga. Keadaan menjadi semakin sulit bagi William.

Namun William sangat yakin idenya dengan Tokopedia ini pasti berhasil. Dia kemudian bergerilya kesana-kemari untuk mendapatkan modal. Tak terhitung berapa orang yang sudah didatanginya dan menawarkan konsepnya.

Selama dua tahun dia berjuang mencari pemodal. Banyak yang menolaknya karena dianggap idenya terlalu tinggi dan tidak masuk akal.

Pada akhirnya, tanggal 6 Februari 2009, Tokopedia milik William Tanuwijaya resmi berdiri. Pada bulan pertama berdiri, Tokopedia baru berhasil menggaet 509 merchants dengan 4.560 member. Jumlah transaksi yang dibukukan hanya Rp 33 juta.

“Saya cuma lulusan pekerja warnet, benar-benar jarang ke kampus, kalau ke kampus pas ujian saja. Belum pernah pengalaman bangun bisnis, track record belum ada, jadi modalnya semangat bambu runcing,” sebut William dalam sebuah kesempatan.

Namun, hanya rentang setahun, Tokopedia mengalami perkembangan signifikan. Mereka berhasil mengandeng 4.659 merchant dengan 44.785 members. Transaksi mencapai Rp 5,954 miliar.

Angka tersebut terus bertambah hingga sekarang. Pada awal tahun 2017, Tokopedia telah memiliki 40 juta produk dengan 12 juta pengguna. Omzet sudah melebihi Rp 1 triliun per bulan.

Alibaba bukan investor pertama yang mengguyur dana besar ke Tokopedia. Beberapa investor tercatat pernah masuk ke Tokopedia antara lain East Venture, CyberAgent Ventur dan Softbank.

Softbank pernah mengucurkan dana besar 100 juta US Dolar atau sekitar Rp 1,2 triliun pada 2014.

Kini, dengan guyuran dana besar dari Alibaba, Tokopedia diprediksi akan berlari semakin kencang.

Dalam berbagai kesempatan, William selalau mengatakan resepnya bisa bertahan dan kemudian berkembang seperti sekarang adalah jangan takut dan pantang menyerah.

“Saya tidak pernah menyerah untuk menaklukan ketakutan terbesar saya. Hal itulah yang saya terapkan dalam merintis Tokopedia. Nama besar Tokopedia di hari ini tentu saja berkat perjuangan serta kegigihan saya beberapa tahun lalu. Terlepas dari kegagalan Anda di hari ini, jangan pernah berhenti mencoba keesokan harinya,” ungkap William dalam sebuah kesempatan beberapa waktu lalu. (Fet/dari berbagai sumber)

 

Tokopedia kini menjadi salah satu perusahaan rintisan yang sukses. Tapi siapa sangka, salah seorang pendiri perusahaan tersebut, William Tanuwijaya, mengaku sempat dianggap remeh oleh orang sekitarnya.

Banyak kisah yang mengiringi keberadaan Tokopedia setelah lima tahun berdiri. William yang kini menjabat sebagai CEO perusahaan tersebut, menuturkan beberapa cerita menarik yang sarat dengan kerja keras.

“Saya dianggap punya mimpi ketinggian. Apa yang mau saya capai dibilang muluk-muluk,” ujar William Tanuwijaya pada acara Forum Diskusi Investasi di Jakarta, Rabu (10/12).

Anggapan tersebut bukan datang tanpa sebab. William, tumbuh besar di lingkungan keluarga yang tidak berpengalaman berbisnis. Ia juga berkarir sebagai seorang karyawan selama 10 tahun.

Hal paling nyata yang berkaitan dengan internet hanyalah pengalamannya saat kerja sampingan sebagai penjaga operator warung internet (warnet) semasa kuliah.

Setelah itu, William juga sempat bekerja di sebuah forum jual beli pada tahun 2007, di mana pada saat itu banyak pengguna yang komplain mengenai penipuan transaksi.

Dari situ, William melakukan riset mengenai usaha internet mengapa seakan-akan menjadi ‘sarana’ kriminal. William merasa internet seharusnya menjadi akses berguna untuk mempermudah segalanya, termasuk kegiatan jual-beli.

Leontinus Alpha Edison, pendiri sekaligus CTO Tokopedia (Dok. Tokopedia)

Kala itu, William melihat ada peluang yang sekiranya bisa mengubah pandangan usaha internet yang penuh penipuan menjadi kegiatan yang bisa dikembangkan, mengingat kemajuan teknologi semakin pesat dewasa ini.

“Selain melihat internet sebagai celah, saya juga riset bahwa masyarakat Indonesia itu banyak yang butuh kerja sampingan. Saya langsung kepikiran ingin membuat perusahaan semacam eBay,” cerita William.

Sulit mencari modal

Berbekal tekad kuat, ia menceritakan seluruh idenya kepada atasan tempat William bekerja. Harapannya agar bisa diberi bantuan modal untuk merealisasikan mimpinya.

Namun karena melihat latar belakang yang dirasa belum pas, sejumlah orang meragukan kesuksesan William. Apalagi untuk memberikan modal.

“Mereka ‘menginvestigasi’ latar belakang saya yang tidak lahir dari keluarga bisnis, jurusan kuliah juga tentang nusantara Indonesia. Jadi mereka menyarankan agar saya menghabiskan karir saya untuk hal lain yang lebih ‘realistis’,” kenang William sembari tertawa kecil.

Tapi penolakan tersebut tidak membuatnya berhenti, William terus mencari alternatif dan coba menyakinkan sejumlah orang agar mau memberinya bantuan.

“Selama dua tahun saya mencari modal, akhirnya bos saya sendiri yang memberi modal 10 persen,” lanjutnya.

Berdiri dan investasi

Setelah berdiri tahun 2009, William berjerih payah membangun Tokopedia dengan modal seadanya. Kemudian tak lama investor mulai berdatangan, salah satunya East Ventures.

William mengungkapkan, saat awal berdiri, 90 persen saham di Tokopedia dimiliki oleh investor lokal. Ia mengaku sulit sekali meyakinkan para investor untuk mau berinvestasi karena mereka khawatir Tokopedia ‘kabur’ setelah diberi suntikan dana.


Namun kini, Tokopedia banyak mendapat suntikan dana dari asing. Setiap tahun sejak tahun 2010, Tokopedia selalu mendapat investasi dari East Ventures (pada 2010), CyberAgent Ventures (2011), Beenos (2012), dan SoftBank (2013).

“Bahasa Inggris saya dulu masih kacau sekali. Lucunya, awal-awal investor kami kebanyakan dari Jepang. Jadi kemampuan bahasa Inggris saya tidak terlalu terlihat buruk di depan mereka,” tutur William sambil tertawa.

Terakhir, Tokopedia mendapat investasi lagi dari SoftBank dan Sequoia Capital pada Oktober 2014 senilai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun. William mengklaim, investasi kepada perusahaannya ini merupakan yang terbesar bagi perusahaan internet Indonesia dan Asia Tenggara.

Ia merupakan salah satu pemimpin yang menaruh perhatian besar pada pengembangan keahlian sumber daya manusia. Dalam menghadapi pasar dan kompetitor asing, William mengaku bahwa mereka memiliki ‘dapur’ teknologi dan ekosistem lebih mumpuni.

“Dua perusahaan investasi besar di dunia, Softbank dan Sequoia menyimpan kepercayaan kepada Tokopedia dengan memberi modal Rp 1,2 triliun. Dari situ, salah satu agenda kami adalah meningkatkan kualitas SDM untuk menunjang teknologi lokal,” jelas William.

Selama lima tahun berdiri, Tokopedia berhasil menjadi mal online sukses yang membantu UKM mengembangkan usaha mereka.

“Bukan tidak mungkin jika Tokopedia akan membangun Googleplex di masa depan. Indonesia juga harus bisa ciptakan Silicon Valley-nya sendiri,” serunya, saat membicarakan mimpi jangka panjang Tokopedia.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *